Ada banyak teguran yang datang sebelum masa kehancuran, tetapi sering kali kita tidak peka apalagi meresponi teguran tersebut sampai tiba masa kehancuran. Dosa tidak terjadi secara tiba-tiba, tetapi dari kebiasaan kecil yang di sepelekan, awalnya dianggap biasa, lalu menjadi terbiasa. Saat ini banyak orang kurang menghargai hidup kudus dan lebih mengutamakan uang, koneksi, jabatan, tampilan fisik, serta mementingkan diri sendiri. Tetapi kita harus tetap mengutamakan kebenaran yang kedudukannya adalah benar di hadapan Tuhan. Itulah hal terpenting yang sangat dihargai oleh Tuhan.
Keadilan dan suap adalah dua hal yang berlawanan. Siapa pun yang menerima suap pasti akan menyimpang dari keadilan. Kesalahan bukan hanya pada orang yang memberi suap, tetapi kaki tangannya yaitu orang yang menerima suap. Kita menuai apa yang kita tabur, jika kita menggali lubang maka kita sendiri akan jatuh ke dalam lubang tersebut. Jika kita berbohong dengan menjadi munafik atau penjilat maka hal itu akan berbalik menggigit kita karena iblis adalah bapa segala dusta. Seorang pembohong tidak bisa berada di sekitar orang-orang yang berintegritas.
Dunia dan iblis memberitahu bahwa dosa itu menyenangkan, tetapi dosa bersifat sementara dan memiliki hari pembayarannya. Beberapa orang menderita oleh karena membayar pelanggarannya. Bahkan harga dosa biasanya lebih dari yang kita bayar, sedangkan orang yang berjalan dalam kebenaran akan bersorak-sorai dan bersukacita (Mazmur 89:15).
Kemarahan berakar dari keangkuhan. Orang angkuh hanya akan mengacaukan kota, tetapi orang bijak mengenali tempatnya dan meredakan amarah. Orang angkuh dengan sengaja menutup matanya dari orang lemah, tetapi orang bijak akan melakukan sesuatu untuk orang lemah. Orang bebal tidak bisa menahan lidahnya, tetapi orang berhikmat pasti akan lebih banyak mendengar dan berbicara ketika mereka bisa menakar sesuatu lalu disampaikan melalui kebijaksanaan pilihan tutur katanya. Bijaksanalah dalam memilih kata-kata yang akan disampaikan kepada siapa, dimana, dan bagaimana sepantasnya. Kuasailah emosi kita, kuasailah lidah kita.
Hanya sedikit kemungkinan untuk menjangkau orang bodoh, namun bukan berarti tidak dapat di jangkau. Namun pada waktu yang sama, kita seharusnya tidak menghabiskan waktu untuk mencoba menjangkau orang yang tidak akan berhenti dari kebodohannya. Sekali lagi, bijaksanalah dalam menginvestasikan waktu untuk menjangkau orang yang memang ‘tidak mau ditolong’ atau memang ‘tidak mau menolong dirinya sendiri’ dan tidak mau berhenti dari kebodohannya.
Demikian halnya kita sering mengalami resistensi dari orang-orang tertentu yang memiliki rasa ‘insecure’ takut akan penolakan, orang-orang yang takut akan penolakan tidak akan merdeka dan cemderung menjadi ‘people pleaser’, tetapi orang yang takut akan Tuhan akan berani seperti singa, dan orang yang disertai Tuhan tidak akan ada yang dapat menghentikannya sekalipun ancaman.
Anak muda perlu di didik dengan tongkat dan teguran, artinya memberikan konsekuensi, disiplin, koreksi dan pada waktu yang sama memberikan penjelasan cara yang benar dengan kasih. Karena semakin mereka tua, semakin besar tanggung jawab yang harus dipikul, sehingga tidak bisa selalu dimanjakan. Pada dasarnya semua orang setuju mendisiplinkan anak, tetapi tidak mau mengoreksi anak atau mungkin tidak tahu cara ‘mengkoreksi’ anak dengan baik, sehingga secara tidak langsung kita membiarkan anak-anak mempermalukan diri sendiri dan orang tuanya.
Pada akhirnya, setiap orang harus memiliki visi sebagai standar acuan untuk mengetahui apa yang harus di lakukan. Caranya yaitu berpegang pada ketetapan Tuhan sehingga seseorang memiliki parameter dan standar hidup yang baik sesuai kerinduan hati Tuhan. Selain itu, visi juga membantu kita menggenapi tujuan Tuhan dalam hidup ini. Percayalah bahwa orang berintegritas dan visioner seturut kehendak Tuhan pasti akan dipromosikan tepat pada waktunya.
Bible Reference:
Amsal 29